Indonesia telah menerapkan standar emisi Euro 4 untuk seluruh kendaraan bensin dan diesel.
Namun bila dibandingkan dengan beberapa negara Asia Tenggara lainnya, Indonesia ini bisa dibilang masih tertinggal dalam hal penerapan standar emisi terbaru.
Vietnam pada awal tahun sudah beralih ke standar emisi Euro 5.
Sementara itu, Thailand tengah bersiap bertransisi dari emisi Euro 4 menuju standar emisi Euro 6.
Direktur Eksekutif Komite Penghapusan Bensin Bertimbel (KPBB) Ahmad Safrudin mengatakan Indonesia terlambat dalam mengadopsi standar emisi Euro 5.
Hal ini berdampak pada target pengurangan emisi dan berpotensi mengganggu ekspor mobil.
“Konsekuensinya tidak hanya keterlambatan pengurangan emisi, tetapi juga persaingan dagang,” kata Ahmad dalam acara konferensi pers virtual, Kamis, 25 Agustus 2022.
Anggota KPBB Alfred Sitorus menilai Indonesia bakal sulit ekspor kendaraan karena masalah standar emisi Euro 5.
Saat ini sejumlah negara tujuan ekspor sudah menerapkan standar emisi Euro 5.
Lantas perlukah Indonesia menaikkan standar menjadi standar emisi Euro 5 atau Euro 6? KPBB menyarankan industri otomotif nasional perlu lompatan baru ke standar emisi yang lebih tinggi agar bisa bersaing dengan negara-negara yang mengadopsi standar emisi Euro 5 dan Euro 6.
Menurut Gaikindo (Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia) untuk menuju standar Euro 5 atau Euro 6 dibutuhkan persiapan yang matang dan menyeluruh.
Penerapan standar emisi ini tidak hanya dilihat dari ketersedian kendaraan, tetapi juga ketersediaan BBM.
“Misalkan, kalau mobil Euro 5 atau Euro 6 sudah ada tapi bahan bakarnya belum ada, kan percuma.Harus ada koordinasi yang bagus,” ujar Sekretaris Umum Gaikindo Kukuh Kumara kepada Tempo hari ini, Jumat, 26 Agustus 2022.
Masalah standar emisi turut berpengaruh pada pasar ekspor mobil nasional.
Sebut saja Honda yang terpaksa menghentikan ekspor Brio ke Vietnam akibat spesifikasi mobil mereka sudah tidak sesuai dengan standar emisi di Vietnam yang sudah berlakukan Euro 5.
“Ekspor Honda Brio ke Vietnam sudah kami hentikan karena belum bisa mengadopsi Euro 5.
Perlu development baru bila merubah spesifikasinya,” kata Business Innovation and Sales & Marketing Director PT Honda Prospect Motor (HPM) Yusak Billy saat dihubungi Tempo.
Menurut Billy memang emisi Euro 5 ini perlu mendapat perhatian khusus, terlebih untuk menyesuaikan spesifikasi ekspor.
Dia juga percaya bahwa Pemerintah Indonesia sebenarnya sudah ingin menuju ke standar emisi yang lebih ramah lingkungan.
“Euro 5 itu bertujuan untuk menghasilkan gas buang yang lebih baik.
Saya rasa regulasi pemerintah yang ada sekarang ini sudah mengarah kepada kendaraan yang ramah lingkungan.
Sistem perpajakan yang berlaku sekarang juga sudah merefleksikan gas buang kendaraan yang dihasilkan,” ucapnya.
Hal senada diucapkan Direktur Corporate Affairs PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Bob Azam.
Menurut dia, standar emisi Euro 5 ini harus menjadi perhatian khusus karena dapat menghambat ekspor kendaraan ke mancanegara.
“Sebenarnya kami sudah mengeskpor beberapa model yang sudah disesuaikan dengan standar emisi negara tujuan.
Tapi kita harus aware jangan sampai masalah emisi ini jadi technical barriers negara lain terhadap ekspor dari Indonesia,” ujar Bob.
Ingin berdiskusi dengan redaksi mengenai artikel di atas? Mari bergabung di grup Telegram GoOto.