Dosen Fakultas Pendidikan Psikologi Universitas Negeri Jakarta, Sri Juwita Kusumawardhani, mengatakan salah satu kunci meraih kebahagiaan adalah dengan menikmati momen saat ini.
“Being mindful, menikmati momen saat ini adalah salah satu kunci bahagia,” kata psikolog yang akrab disapa Wita itu.
Menurutnya, jika orang terjebak dalam masa lalu maka dia akan terus merasa tidak puas.
Sementara jika terus dihantui bayangan akan masa depan, maka dia akan terus merasa cemas.
Oleh karena itulah orang harus berusaha fokus menikmati momen yang sedang terjadi agar bisa bahagia.
Wita juga mengatakan memahami esensi kebahagiaan bukan pada hal-hal yang sifatnya lahiriah atau duniawi semata.
Uang tentu akan memberikan kenyamanan dan pilihan yang beragam.
Namun, jangan terlalu fokus pada seberapa banyak uang yang dimiliki karena kebahagiaan tidak diukur hanya dengan kemewahan.
“Contohnya berkumpul dengan keluarga, baik di hotel bintang lima maupun di warung kaki lima.
Yang penting adalah seberapa erat dan hangat keluarga tersebut, bukan lokasinya,” ujar Wita.
Tiga aspekPada akhir 2021, Badan Pusat Statistik (BPS) telah meluncurkan Indeks Kebahagiaan Indonesia (IKI) yang diukur dari tiga aspek, yaitu kepuasan hidup, perasaan, dan makna hidup.
Hasilnya, Banten menjadi provinsi paling tidak bahagia dengan skor 68,08, diikuti Bengkulu dengan 69,74.
Sementara itu, DKI Jakarta berada di peringkat delapan dengan skor 70,68.
Menurut Wita, jika dilihat dari ketiga aspek tersebut, dapat disimpulkan pengukuran bersifat subjektif.
Artinya, sangat mungkin jika standar bahagia atau tidak bahagia dapat diinterpretasikan berbeda oleh orang lain.
Cara manusia menginterpretasikan peristiwa pun sangat mempengaruhi bagaimana perasaan dan emosi di dalam diri.
Misalnya, saat menghadapi kemacetan, ada orang yang sudah mengantisipasi dan menerima situasi tersebut, namun ada pula yang stres dan marah-marah.
“Perbedaannya adalah dari bagaimana mereka memandang kemacetan tersebut.
Jika sadar bahwa kita tidak bisa mengontrol kemacetan, yang bisa kita kontrol adalah perilaku diri sendiri seperti berangkat lebih awal, maka kita tidak akan terlalu terbawa emosi dibanding ketika merasa seharusnya jalanan bisa sesuai dengan harapan ideal kita,” ujar Wita.
“Pasti ada waktunya kita mengalami peristiwa menyebalkan atau menyakitkan.
Yang perlu kita jadikan mindset adalah seberapa sulit pun kondisi yang dihadapi maka akan selalu ada jalan keluar dan pada akhirnya akan selesai juga.
Justru hal-hal pahit dalam hidup yang akan membuat kebahagiaan kita lebih bermakna,” tambahnya.